Kampung Naga Desa Neglasari Tasikmalaya |
5 Hal Unik Yang Perlu Diketahui Dari Kampung Naga - Mendengar nama Kampung Naga mungkin sebagian orang yang belum paham akan beranggapan kalau kampung itu banyak dihuni oleh para ular, namun bagi sebagian
orang yang sudah pernah kesana akan
merasa takjub. Kampung Naga dihuni oleh
orang-orang yang sampai sekarang hidup bersatu dengan alam. Mereka menjaga
kelestarian alam, adat istiadat secara
turun temurun dari nenek moyangnya dan tetap tidak mau terpengaruh akan budaya
luar.
Sejarah Kampung Naga
Kampung Naga tidak tidak pernah dilanda banjir dikala musim penghujan dan tidak pernah kesulitan air dikala musim kemarau. Masyarakat Kampung Naga benar-benar hidupnya sangat harmonis dengan Alam. Ketika kita mau hidup harmonis dengan alam, maka alam pun ganti mempertahankan kehidupan manusia. Demikian filosofi yang saya dapatkan dari Mang Endut, nama pemandu wisata kami ketika tiba pada suatu pagi yang cerah awal Mei 2015 lalu. Mengapa pemandu wisata itu memperkenalkan dirinya Endut? Ternyata memang nama aslinya. Dia bercerita menurut orang tuanya dia sangat gendut ketika lahir, jadi makanya sekalian saja diberi nama ‘Ndut yang asalnya dari ‘gendut. Berikut 5 Hal Unik Yang Perlu Diketahui Dari Kampung Naga:
Menurut Mang Endut,
terdapat 113 bangun an yang dihuni oleh 315 jiwa dan 108 kepala keluarga.
Setiap rumah tidak boleh dihuni oleh 2 kepala Keluarga. Kampung ini tidak boleh
diperluas lagi dan harus tetap dalam areal 1,5 Ha secara turun temurun Warga
Kampung Naga lainnya tersebar di sekitar kampung ini walaupun di luar area.
Ketika saya hendak menjalankan Shalat, menjumpai sebuah Masjid yang berdampingan dengan sebuah bangunan yang mereka anggap suci yang dinamakan Bumi Agueng, didalamnya digunakan untuk menyimpan benda-benda keramat atua yang dianggap suci. Bangunan itu dijaga oleh seorang Kepala Adat, tidak sembarang orang boleh tinggal disitu, tambah Mang Endut.
Padi-padi diikat di Kampung Naga |
Keunikan Rumah dan Tradisi di Kampung Naga
Rumah di Kampung
Naga seragam memanjang dari utara-selatan dengan melebar kearah barat-timur.
Maksudnya barat-timur di sini sesuai dengan edar matahari. Rumahnya adalah
rumah panggung dengan tinggi 8-10 meter, serta luas yang bervariasi antara 5 x 6
meter hingga 9 x 9 meter Setiap rumah memiliki dua pintu, yaitu pintu ruang tamu
dan pintu dapur. Letak bagian depan rumah saling berhadapan dan dipisahkan
sebuah jalan. Sementara di bagian belakang saling membelakangi. Bagian kamar
terletak di belakang. “Maksudnya agar mereka yang beristirahat di kamar tidak
terganggu dengan aktifitas di bagian depan. Rumah tidak mempunyai jamban. Untuk
kebutuhan MCK tersedia 60 buah jamban yang bisa digunakan bersama-sama. Masjid
mempunyai dua tempat wuduh. Kalau tidak digunakan untuk sholat digunakan warga
untuk mencuci, ” tutur Mang Endut
Keunikan rumah Kampung Naga |
Setrika Kuno |
Tungku dapur di Kampung Naga |
Masjid dan balai adat terletak menghadap alun-alun Kampung Naga tempat diadakannya upacara adat. Kalau tidak digunakan lapangan ini digunakan untuk menjemur padi. Di areal sekitar alun-alun itu terdapat bangunan yang menjaul souvenir dan ada juga warga yang menjual makanan dan minuman bagi pelancong di rumahnya.
Ketika ditanya
soal upacara adat. Mang Endut menjelaskan bahwa upacara umumnya bertepatan
menyambut hari besar Islam, seperti 1 Muharram, Idul fitri, Maulid Nabi dan
lain sebagainya. Mang Endut menerangkan walaupun tetap mempertahankan gaya
hidup tradisional, anak-anak Kampung Naga pergi menuntut ilmu atau mencari
pengetahuaan yang jauh lebih tinggi serta menjalani kehidupan yang lebih
moderen di luar dusun Kampung Naga.
Lokasi Kampung Naga
Kampung Naga berada
di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Jaraknya sekitar
sekitar 30 kilometer dari Kota Tasikmalaya melalui jalan raya Tasikmalaya-Garut
melalui Singaparna terletak di sebelah kanan. Tetapi bila Anda berangkat dari
Garut sekitar 26 kilometer maka letaknya ada di sebelah kiri.Terdapat sebuah
lapangan parkir yang sudah disediakan bagi pengunjung. Kampung ini terletak di
lembah sekitar 500 meter dari tempat parkir itu.
Ketika kami berkunjung kesana, kami harus menuruni antara 439 anak tangga ke bawah dengan kemiringan 45 derajat dengan dipandu oleh Mang Endut yang masih kerabat kepala kampung untuk melayani wisatawan lokal. Pria kelahiran 1969 itu bercerita bahwa Kampung Naga masih memelihara adat istiadat, dengan luas kampung ini 1,5 Hektar dibatasi sebelah selatan oleh sawah-sawah penduduk dan disebelah utara dan timur dibatasi oleh Ci Wulan (Kali Wulan) yang sumber airnya yang mengalir dari Gunung Cikuray di daerah Garut. Kampung ini diapit dengan dua hutan, yaitu Hutan Kramat dan Hutan Larangan.( google map)
Harga Tiket Masuk Wisata Kampung Naga
Bagi Anda yang ingin mengunjungi tempat wisata yang unik ini jagan kuatir, di masuk Kampung Naga tidak di pungut biaya. Anda bisa mebeli cindera mata unik khas Kampung Naga kepada penduduk setempat dan memberikan imbalan sepantasnya kepada pemandu wisata atas jasanya.