Taman Nasional Komodo - Memilih kapal sebagai tempat menginap,
merebahkan tubuh di atas selasar kapal dekat kemudi merupakan suasana baru yang
saya rasakan dalam perjalanan ke Flores, Nusa Tenggara Timur beberapa waktu
lalu. Hasilnya? Sapaan hembusan angin dari alam bebas ternyata lebih menyejukan
dibanding menginap di sebuah kamar hotel dengan aliran udara yang berasal dari
sebuah alat pendingin. Dengan kapal itu, saya bersama dan teman-teman menuju
Labuan Bajo, pintu gerbang Flores, sebuah wilayah kecil yang terletak di ujung
barat pulau yang mempunyai luas sekitar 14.300 kilometer persegi.
Mungkin terbersit pertanyaan, apa yang
menarik dari sebuah tempat bernama Labuan Bajo? Idenya berawal dari keinginan melihat
komodo (varanus komodoensis), salah satu satwa yang kini dilindungi karena
jumlahnya yang semakin terbatas, serta memberikan perhatian terhadap apa yang
menjadi isu lingkungan. Labuan Bajo adalah sebuah kota kecil yang juga dikenal
sebagai kota memancing karena wilayah perairannya yang kaya akan hasil laut.
Jumlah penduduknya berdasarkan sensus 2010 hanya sekitar 221.430 jiwa, dengan
Suku Bajo sebagai suku mayoritas.
Masyarakat kota ini masih
menggantungkan hidupnya dengan cara melaut. Namun belakangan, berdasarkan
pengakuan beberapa warga setempat, banyak dari mereka yang juga lebih memilih
bertani atau mencari pekerjaan lainnya untuk mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari. Ini dikarenakan cuaca yang semakin tidak menentu serta harga bahan
bakar minyak untuk keperluan melaut yang terus mengalami kenaikan.
Taman Nasional Komodo
Gerbang Pulau Komodo |
Matahari pagi tersenyum lebar,
menunjukkan kehangatannya pada bumi. Rombongan sudah berada di atas kapal,
tempat kami menghabiskan waktu istirahat sebelum bertolak ke Taman Nasional Komodo
di Loh Liang, Pulau Komodo letaknya diantara Sumbawa dan Pulau
Flores, pada Tahun 1980 dikukuhkan sebagai Taman Nasional, sebagai Cagar
Manusia dan Biosfer pada 1977. Selain itu, Taman Nasional ini juga dinyatakan sebagai Situs Warisan
Dunia oleh UNESCO pada 1991 serta Kawasan Perlindungan Laut pada 2000.
Komodo |
Dengan berbagai predikat yang
disandingnya, bisa ditarik kesimpulan bahwa kawasan ini menjadi salah satu yang
penting untuk terus dijaga keberadaan dan kebermanfaatannya. Adapun luas
keseluruhan dari Taman Nasional Komodo adalah 173.300 ha, yang meliputi daratan
dan lautan dengan lima pulau utama, yakni Pulau Rinca, Komodo, Padar, Gili
Motang, dan Nusa Kode. Berada di kawasan Wallacea Indonesia, yaitu terbentuk
dari pertemuan dua benua, daerah ini kaya akan berbagai flora dan fauna.
Terdapat setidaknya 254 spesies tumbuhan dan 58 jenis hewan.
Pulau Rinca, Let’s meet them!
Populasi Komodo terbanyak ada di Pulau
Rinca, tepatnya di Loh Buaya. Dari Labuan Bajo menuju Pulau Rinca, dibutuhkan
sekitar dua jam dengan kapal motor. Luasnya sekitar 19.000 ha dengan populasi
komodo mencapai 2.318 ekor, lebih banyak dibanding pulau Komodo yang hanya
sekitar 2.126 ekor.
Pulau Rinca |
Setibanya kami di Pulau Rinca,
matahari sudah sangat terik dan membakar kulit. Namun hasrat untuk melihat
warisan dunia yang hampir punah ini mengalahkan segalanya. Kami menikmati
suasana alam dengan pemandangan layaknya di gurun savana, meskipun tandus dan
gersang tetapi indah, serta komodo-komodo yang cukup banyak berkeliaran di
hadapan kami.
Badan hewan ini besar-besar, dengan
sorot mata yang tajam, sebagai bentuk kehati-hatian mereka terhadap makhluk
lainnya yang datang menghampiri. Mereka mampu mencium bau hingga lima
kilometer, dan bagi para wanita yang sedang menstruasi diharapkan agar langsung
memberitahu kepada para ranger (penjaga para komodo) karena sangat berbahaya,
harus tetap berada dalam rombongan.
Keunikan Pulau Komodo |
Menikmati Kejernihan Laut Flores
Setiap mengunjungi daerah baru, hal
wajib yang tidak boleh dilewatkan adalah ‘mencicipi’ air laut dan memanjakan
mata dengan alam bawah lautnya. Mencari titik-titik terbaik untuk snorkeling.
Ada beberapa tempat terbaik yang kami kunjungi. Di antaranya, Pantai Pink atau
yang lebih dikenal dengan Pink Beach, pantai berpasir merah muda yang meskipun
dilihat dari kejauhan tampak sangat cantik.
Snorkling di Pink Beach |
Tidak hanya sebatas pasir pantai yang
indah, menyelam di bawah laut pink beach, akan membuat Anda terpesona dengan
berbagai ikan aneka warna yang berenang kesana-kemari. Karang-karang pun unjuk
gigi memperlihatkan keindahan warnanya. Pesona aneka warna ini seolah menutup
warna pasir di dasar laut, membuat Anda seperti berjalan di atas karpet
beraneka warna. Benar-benar membawa Anda ke kerajaan bawah laut Flores!
Selain Pink Beach, ada Pulau Bidadari
dan Pulau Kanawa yang juga tidak kalah cantik. Keduanya juga merupakan objek
wisata favorit untuk snorkeling atau menyelam. Banyak juga turis mancanegara
yang datang menikmati alam bawah laut di tempat ini. Pantainya cocok untuk
berjemur. Bagi Anda yang ingin lebih ‘privat’, Pulau Seraya bisa menjadi
pilihan. Pulau kecil ini letaknya sekitar 1 km sebelah utara dari pusat kota
Labuan Bajo. Suasananya tenang dan sepi, sangat cocok untuk menenangkan diri
atau berbulan madu. Berada di Seraya membuat kita seperti memiliki pulau dan
pantai pribadi.
Pilihan Saat Anda Hanya Ingin
Bersantai
Salah satu keuntungan yang bisa
didapat jika menginap di atas kapal adalah Anda bisa mencoba hal-hal baru,
seperti belajar mengemudikan kapal, membaca arah angin, dan lain sebagainya,
yang bisa ditanyakan kepada pengemudi kapal. Kegiatan favorit kami untuk mengisi
waktu ketika bertolak dari satu pulau ke pulau lainnya, atau ketika kapal
sedang berhenti dan tidak ingin melakukan aktivitas berat, adalah memancing.
Laut Flores |
Pihak kapal menyediakan banyak sekali
umpan, sehingga setiap harinya kami bisa memancing. Jika mendapat ikan yang
kecil, biasanya langsung kami kembalikan lagi ke laut. Tapi jika ikannya besar
dan enak untuk disantap, kami memasaknya untuk menu makan siang atau makan
malam. Bagi kami rasanya jelas lebih enak karena tangkapan baru dan masih
segar. Kuliner seperti ini lebih menyenangkan dan memanjakan lidah.
Ada kepuasan tersendiri juga saat
menyantap ikannya, karena merupakan usaha sendiri yang memang membutuhkan
kesabaran untuk mendapatkan satu ikan saja. Terbayangkan bagaimana kehidupan
nelayan, terlebih saat cuaca sedang tidak baik. Mudah-mudahan ke depannya
negara ini lebih memperhatikan nasib nelayan dan tidak membiarkan laut-laut di
Indonesia dikuasai oleh negara lain.
Kunjungan ini memberikan hasil yang
memuaskan batin, kami menjadi lebih mengenal wilayah sendiri, sekaligus
mengasah diri untuk lebih peka terhadap masyarakat lainnya. Benar adanya,
semakin banyak kita belajar, semakin kita sadar bahwa masih banyak yang tidak
kita ketahui. Tanah Flores, semoga kau kian berkembang dan masyarakatmu sejahtera.
Salam Timur!
Penulis: Rizky Khoirunnisa