Kota Tua Semarang |
Venice
van Java sebutan cantik inilah yang
disematkan bagi kota Semarang. Ibu kota Provins Jawa Tengah dan termasuk dalam
kota metropolitan kelima terbesar di Indonesia. Kota ini memiliki keragaman
etnis dan budaya yang mempesona, antara lain budaya adat Jawa (pesisir), Arab
dan Cina seperti peninggalan klenteng sam Poo Kong yang hingga kini masih bisa dinikmati keberadaannya. Hal ini bisa
dibuktikan dari ragam kesenian, peninggalan arsitektur, sajian kulinernya, sisi
religi, dan lain sebagainya.
Perjalanan saya kali ini akan
menelisik kisah peninggalan jejak masa silam di Semarang yang masih dapat
berdiri kokoh berdampingan dengan kehidupan masyarakat modern saat ini. Proses
akulturasi budaya yang terjadi berabad-abad silam menciptakan gradasi Semarang
sebagai kota dimana masa lalu dan masa kini berpadu. Salah satu tempat yang
saya tuju itu adalah kota lama Semarang. Di kota lama ini saya seakan dapat
melongok bebas ke kehidupan masa lampau terutama pada masa penjajahan Belanda.
Sekitar abad 18 kawasan ini ramai
menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Tidak hanya itu, kota lama juga
menjadi area padat pemukiman warga. Perkembangannya yang begitu pesat lantas
menjadikan kota lama mendapat julukan Outstadt
atau Little Netherland. Sebanyak
kurang lebih 50 bangunan masih berdiri kokoh dengan konsep rancangan kota
menyerupai bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar 1700-an. Seperti ukuran
pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk
atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Dengan struktur bangunan
berbentuk pola radial atau memusat dengan Gereja Blenduk dan gedung pemerintah
sebagai pusatnya. Di sekitar kota lama juga dibangun kanal-kanal air yang
keberadaannya masih bisa disaksikan hingga kini. Sungguh indah...Berikut 6 hal yang pelu Anda ketahui tentang kota Tua Semarang:
1. Sejarah Kota Lama Semarang
Sejarah
kota lama semarang dimulai ketika pada 1678 Amangkurat II dari Mataram
menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai pelunasan hutang. Tidak lama setelah
tampuk kekuasaan beralih, sebuah kota pun dibangun. Untuk menjaga keamanan
warga serta wilayahnya itu, pada 1756 Belanda kemudian mendirikan benteng
VIJHOEK untuk memantau lalu lintas kapal dan Laut Jawa menuju Kali Semarang.
Jalur-jalur penghubung juga dibangun untuk memudahkan akses di dalam benteng
dengan jalan utama : HEEREN STRAAT. Saat ini dikenal dengan Jalan Letjend
Suprapto. Pada 1824 Belanda meruntuhkan benteng tersebut untuk mengembangkan
kota dan membangun jaringan kereta api. Area kota lama sesungguhnya mencakup
daerah dimana bangunan berasitektur ciri khas Eropa ini dibangun namun seiring
waktu kian memusat dari Sungai Mberok hingga daerah Terboyo.
2. Gereja
Blenduk
Gereja Bleduk di Kota Tua Semarang |
Di
Kota Lama nan eksotik dengan mudahnya kita berbaur dengan masa lalu
melangkahkan kaki di antara gedung-gedung tinggi besar dan klasik. Membayangkan
para meneer dan pejabat pemerintahan berlalu lalang dan para warga yang
menjalankan aktivitas dagang. Lokasinya yang terpisah dikelilingi benteng dan
kanal menjadikan kota lama layaknya miniatur Belanda di Semarang.
Berada
di kota lama serasa melewati zona kepingan waktu berabad-abad silam. Diantara
bangunan kota lama itu perhatian saya tertambat pada beberapa gedung yang
hingga kini masih aktif digunakan dan beroperasi dengan baik. Pertama, dan yang
paling terkenal adalah Gereja Blenduk. Bernama asli Nederlandsch Indische kerk.
Gereja ini adalah gereja tertua di kawasan kota lama. Dibangun pada 1753 dan
sudah mengalami beberapa kali perombakan. Gereja ini masih aktif berfungsi
sebagai sarana ibadah dan menjadi landmark kota Semarang.
Awalnya
gereja ini berupa rumah berbentuk panggung jawa dengan atap yang berciri khas
arsitektur jawa. Pada 1894 gedung ini dibangun kembali oleh H. P. A de Wilde
dan W. Westmas dengan dua menara dan atap kubah lapisan logam hingga seperti
sekarang ini. Masyarakat pribumi yang kesulitan mengucapkan nama gereja dalam
Bahasa Belanda menyebutnya gereja mblenduk karena atapnya yang berbentuk kubah.
Saat ini gereja tersebut dinamai GPIB- Immanuel (Gereja Protestan di Indonesia
Bagian Barat).
Gereja
ini terlihat cantik dan menarik apalagi untuk berfoto. Kubah bundarnya yang
besar begitu menonjol menarik perhatian. Dihiasi dengan jendela-jendela kaca
patri berbingkai warna-warni berbentuk persegi. Juga jendela-jendela besar
berdaun krepyak yang menghiasi sekeliling ruangan gereja yang menyinari ruang
dalam. Empat tiang penyangga yang tinggi dan kokoh bergaya dorik romawi
menambah pesona gereja Cornice yang ada di sekeliling bangunan berbentuk garis-garis
mendatar. Di sisi kiri dan kanan dua buah menara berkubah kecil turut menghiasi
keanggunan gereja ini. Di Gereja Blenduk inilah dulu pusat pemerintahan Belanda
di semarang berpusat. Pikiran saya kembali menerawang ke masa itu.
3. Gedung
Tua Menjadi Aktifitas Bisnis
Bank Mandiri Kota Tua Semarang |
Tidak
jauh dari Gereja Blenduk tepatnya bersebrangan dari gereja terdapat bangunan
neo klasik lain yang terawat dengan baik. Yakni gedung asuransi jiwasraya dan
restoran sunda ikan bakar cianjur. Pengelola tempat mampu memanfaatkan gedung
tua bekas peninggalan Eropa ini sebagai pusat aktivitas bisnis yang digemari
dan dinikmati para turis. Banyak yang datang untuk sekedar berfoto dan
mengagumi keindahan arsitekturnya.
Titik-titik
bisnis lain seperti pabrik rokok praoe lajar yang sudah beroperasi berabad-abad
lamanya berada tidak jauh dari Gereja Blenduk, gedung perusahaan negara Pelni
dan Bank Mandiri. Juga yang tidak kalah menarik adalah gedung Marabunta yang
berada di Jalan Cendrawasih 23, Kota Lama. Tempat dimana Belanda dulu biasanya menggelar
konser pertunjukan. Sesuai namanya, Marabunta yang artinya sekelompok besar
semut yang bermigrasi mengangkut makanan, anda bisa melihat patung semut
berwarna merah yang sengaja diletakan di atap gedung. Konon katanya spionase
Jerman yang terkenal cantik dan piawai menari bernama Mata Hari pernah pentas
disini.
Bangunan Lama |
4. Bangunan
Tua yang Terbengkalai
Sayangnya
perasaan kecewa juga menghinggapi saya menyaksikan kondisi sebagian besar
bangunan lain yang terdapat di Kota lama ini. Dinding-dinding bangunannya
kotor, warna catnya mengelupas dan pudar. Tanaman merambat tumbuh subur
menjalar diantara celah dinding tembok maupun jendela bangunan. Pintu dan
Jendela kaca tampak sudah aus dan reyot termakan usia. Sebagian diantaranya
bahkan sudah jebol terbuka ke udara.
Dinding-dinding
kotor itu tampak dibiarkan begitu saja. Bangunan tua dan kosong itu kini kerap
dihuni oleh ratusan ribu kelelawar yang memenuhi langit-langit gedung. Para
gelandangan dan tunawisma juga datang menempati beberapa titik bangunan tua di
Kota Lama. Mereka menumpang hidup di bangunan yang hampir rubuh dan sudah tidak
layak ditempati. Sehingga kesan kumuh begitu kuat melekat pada kota kota lama
sebagai saksi sejarah kolonialisme di Indonesia ini. Keanggunan arsitektur
Eropa yang semestinya masih terpancar dan terjaga keindahannya lambat laun
sirna menjelma menjadi seperti kota mati.
Para
pelaku bisnis yang diharapkan bisa menghidupkan kota lama sebagian besar telah
berpindah ke daerah lain untuk menjaring untung meski mereka tahu kota lama
memiliki potensi wisata yang sangat besar. Faktor pemicunya mungkin dari biaya
sewa yang masih mahal dan ancaman rob dan banjir yang terjadi setiap tahun. Hal
ini diakibatkan dari laju penurunan tanah dan meningkatnya muka air laut,
diperparah dengan drainase yang buruk.
Pemerintah
harus giat secepatnya membenahi drainase dan memperbaiki jalan. Sebagai contoh,
dua ruas jalan di kawasan kota lama yakni Jalan Mpu Tantular dan Jalan Ronggo
Warsito yang tadinya langganan kena rob kini sudah tidak pernah tergenang
banjir. Meski warga mengaku lega namun mereka masih menunggu tindak lanjut
dari
pemerintah untuk mengatasi banjir di kawasan lain di kota lama yang nasibnya
masih memprihatinkan.
5. Fasilitas Lainnya di Kota Tua Semarang
Jika
Anda capek, lelah dan ingin beristirahat selepas melakukan perjalanan. Hotel
dengan budget minim juga banyak tersedia, antara lain Hotel Surya, Arjuna,
Dafam. Hotel-hotel ini berlokasi dekat dengan Stasiun Poncol dan Stasiun
Tawang, tidak jauh dari kawasan Kota lama. Bahkan jika Anda ingin merasakan
menginap di hotel yang berada di kawasan Kota Lama, Anda juga bisa langsung
mencoba menginap di Hotel Raden Patah. Hotel ini berada di jalan Jendral
Suprapto 48, Semarang.
Bangunan
hotel ini merupakan bangunan tua dan kuno namun bersih dan terawat apik. Kamar
hotel juga bersih, kasurnya besar dan nyaman. Anda akan mendapatkan snack di
pagi hari berupa teh dan camilan ringan. Tarifnya murah berkisar dari Rp
75,000- Rp 150,000/ malam. Anda juga bisa berjalan-jalan di sekitaran hotel dan
menemukan Gereja Blenduk berada dekat dengan hotel anda.
6. Rute dan Lokasi Menuju Kota Tua
Mengunjungi
Kota Lama aksesnya sangat mudah. Posisinya berada di tengah-tengah kota jadi
mudah ditemukan. Dari arah Demak (kota) wisatawan bisa mengambil ke arah
Terminal Terboyo menuju Jalan Raden Patah, waktu yang dibutuhkan sekitar 1 jam.
Apabila dari arah Ungaran, ambil arah Banyumanik – Peterongan – Jalan MT
Haryono – Bundaran Mbubakan – Jalan Cenderawasih – Kota Lama Semarang. Waktu yang
dibutuhkan sekitar 50 menit.
Untuk
wisatawan yang datang dari jalur barat, bisa mengambil arah mangkang
–
Bundaran Kali Banteng (masuk kota) – Bundaran Tugu Muda dan Lawang Sewu
–Jalan Pemuda – menuju Pasar Johar (belok kiri jalan terus) – Kota Lama Semarang.
Jika wisatawan tiba dari stasiun Poncol atau Tawang, aksesnya lebih mudah lagi anda tinggal menggunakan angkot yang melintas di depan stasiun tujuan pasar Johar, anda tinggal meminta untuk diturunkan di Kota Lama. atau Anda bisa menggunakan bantuan Googlemaps
Jika wisatawan tiba dari stasiun Poncol atau Tawang, aksesnya lebih mudah lagi anda tinggal menggunakan angkot yang melintas di depan stasiun tujuan pasar Johar, anda tinggal meminta untuk diturunkan di Kota Lama. atau Anda bisa menggunakan bantuan Googlemaps