Bicara Bali tentu tidak lepas dengan potensi wisata Indonesia. wisatawan mancanegara maupun domestik sudah mengenal Pulau Bali sebagai salah satu ikon wisata Indonesia. Keindahan dan budaya menjadi daya tarik utama para wisatawan berkunjung ke Bali. Data Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukan bahwa para wisatawan yang berkunjung ke Bali mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan akan diupayakaan terus meningkat dengan beberapa kemudahan seperti bebas visa .
Baca juga: Serunya Olahraga Air di Tanjung Benoa
Namun ditengah upaya pemerintah terus berupaya menggenjot pendapatan dari sektor pariwisata terutama Bali sebagai lokasi wisata yang sudah popular dikalangan wisatawan, terdengar kabar di Tahun 2020 ada himbauan agar tidak mengunjungi Bali yang dikeluarkan oleh Fodor’s Travel, sebuah media wisata kenamaan asal Amerika Serikat.
Himbauan yang dikeluarkan oleh media wisata asal negara Paman Sam ini tentu telah memukul Pemerintah Indonesia. Beberapa kalangan terutama Pemerintah Bali. Melalui Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Arta Sukawati menganggap berita yang dimuat dengan judul artikel No List 2020 sangat berlebihan dan tidak mendasar. pasalnya Pulau Bali sudah berulangkali menerima beberapa penghargaan Internasional dalam hal pariwisata. pihaknya juga terus berupaya memperbaiki kualitas pariwisata di Bali.
Alasan Pulau Bali Tidak direkomendasikan di Tahun 2020
Fodor’s Travel sebagai media kredibel dan selalu menjadi rujukan para wisatawan dalam jelajah dunia tentu tidak asal mengeluarkan artikel dengan asal-asalan. di situsnya himbauan untuk tidak mengunjung Bali dikarenakan beberapa pertimbangan yakni karena Bali telah kena imbas dari efek pariwisata massal dalam beberapa tahun belakangan ini sehingga berdampak beberapa persoalan yang tentunya menjadi pertimbangan untuk berkunjung ke Bali. Berikut pertimbangan-pertimbangan Fodor’s Travel :
1. Krisis Air Bersih
Keindahan alam dan budaya yang unik menjadikan Bali magnet wisatawan untuk berkunjung. Untuk memenuhi kebutuhan penginapan karena banyak wisatawan luar negeri berkunjung dalam waktu yang cukup lama maka memerlukan penginapan. Hotel dan vila menjamur di Bali. Sebuah penelitan yang dilakukan oleh VICE, kebutuhan air bersih untuk mencukupi hotel, villa maupun penginapan lainnya di Bali sekitar 3.000 liter per hari. kondisi ini tentu akan membuat ketersediaan air bersih berkurang.
2. Limbah Sampah
Sampah sudah menjadi masalah bersama terutama Bali, banyaknya sampah yang dihasilkan dari sektor wisata telah memngganggu keseimbangan ekosistem laut. banyak biota laut yang rusak dan menjadikan pemandangan yang menjijikan ketika melihat sampah berserakan. Pemerintah Bali pada Tahun 2017 sudah menyatakan bahwa Bali pada tahun 2017 telah mengalami darurat sampah terutama sampah plastik yang susah diurai. Sebuah data yang dikeluarkan oleh BLH Bali menyatakan bahwa Pulau Bali telah menghasilkan 3.800 ton sampah tiap hari dan 80 prosen sampah itu berakhir di tempat pembuangan sampah.
3. Adat yang dilanggar turis
Bali memang terkenal dengan beberapa tempat yang dikeramatkan dan dianggap suci, namun beberapa turis telah melanggar norma dan peraturan ketika berkunjung. perlakuan yang tidak sopan dan melebihi batasan membuat turis mendapatkan sanksi adat.
Upacara Adat di Bali |
PR Kementrian Pariwisata
Terhadap himbauan dari Fodor’s Travel tentu tidak boleh dianggap angin lalu saja, Pemerintah Indonesia melalui kementrian Pariwisata dan Ekonomi kreatif yang sekarang dinahkodai Wishnutama dan Angela Tanoesudibjo harus bekerja keras meyakinkan kepada pihak luar bahwa apa yang di tulis oleh media wisata Ameriaka itu tidak beralasan. tentu bukan pekerjaan mudah namun ditangan-tangan punggawa pilihan Jokowi ini harus optimis dapat mengembalikan citra Pulau Bali sebagai ikon wisata Indonesia.