Pendemi Corona yang terus berlarut-larut di Indonesia telah memporak-porandakan kehidupan socio cultural, socio economy dan merusak tatanan umat. Data terakhir covid-19 per 25 April 2020 di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 8,211 kasus dengan rincian 6,520 dirawat, 689 meninggal dunia dan 1.002 telah sembuh.
Pemerintah terus berupaya untuk memutus penularan Covid-19 dengan beberapa kebijakan yang telah diterapkan seperti PSBB dibeberapa kota, setelah beberapa macam himbauan seperti social distancing, pemakaian masker dan rajin cuci tangan dengan sabun tidak dapat menekan laju penularan virus yang asalnya dari Wuhan, China ini.
Efek dari Covid -19 ini sangat berdampak besar terutama terhadap industri pariwisata, kota-kota pariwisata yang mengandalkan sektor pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi mengalami penurunan jumlah pengunjung yang sangat drastis, tak terkecuali ikon wisata Indonesia yakni Pulau Bali. Hal ini dapat dilihat dari suasana Bali yang sepi dari wisata Mancanegara dan data yang dikeluarkan oleh Gabungan Industriu Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali. Menurut catatan GIPI telah terjadi penurunan pengunjung wisatawan hampir 100 persen di Bulan April ini apabila dibandingkan pada periode yang sama di Tahun 2019.
Kondisi ini juga dibenarkan oleh Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Sukawati, menurutnya Bali menjadi salah satu daerah yang paling parah karena pendemi Corona. Sektor wisata yang lesu menjadikan Produk Domestik Regional Bruto terjun bebas karena sekitar 60 persen mengandalkan sektor wisata. Tidak hanya itu, sektor pertanian juga harus kena dampaknya. Hotel-hotel yang selama ini menyerap hasil pertanian tidak bisa maksimal.
Para Turis China dan Eropa menjadi andalan pariwisata di Indonesia, setelah diberlakukannya terbang ke negara tersebut, membuat industri pariwisata mengalami sekarat.
Bagaimana peran Wishnutama dan Angela Tanoesudibjo sebagai punggawa Joko Widodo memulihkan situasi sulit ini khususnya dunia Pariwisata, kita menunggu jurus saktinya.